Enter your keyword

SEMINAR FISIKA ITB : Metoda Elektormagnetik (Magnetotellurik) untuk Kebencanaan

SEMINAR FISIKA ITB : Metoda Elektormagnetik (Magnetotellurik) untuk Kebencanaan

Bersama ini kami sampaikan bahwa Prodi Fisika Institut Teknologi Bandung akan mengadakan sebuah Seminar yang akan disiarkan secara online dengan Narasumber Dr. Nurhasan, salah satu staff dosen Fisika ITB, dari Kelompok Keahlian Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, FMIPA Institut Teknologi Bandung.Tema Seminar ini adalah Metoda Elektormagnetik (Magnetotellurik) untuk Kebencanaan, yang akan diselenggarakan pada :

Hari/tanggal : Senin/21 Februari 2022

Waktu : 11.00 WIB – selesai

Link Zoom : https://bit.ly/seminar20220219

Seminar ini juga disiarkan secara langsung di channel YouTube Fisika ITB: https://youtube.com/c/physicsitb/

Adapun untuk abstrak materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana alam cukup tinggi diantaranya bencana alam gempa bumi dan letusan gunung api. Hal ini dikarenakan posisi negara kita yang terletak pada pertemuan lempeng lempeng dunia yang terus bergerak sehingga dapat menyebabkan gempa bumi dan juga munculnya banyak gunung api. Metoda elektromagnetik (magnetotelurik) yang merupakan salah satu metoda fisika bumi dapat berperan dalam kebencaan melalui penelitian struktur bawah permukaan. Dengan melakukan pengukuran medan listrik dan medan magnet di permukaan, sebaran resistivitas bawah permukaan dapat diperoleh melalui pemodelan komputasi baik 1D, 2D maupun 3D. Resistivitas sebagai parameter fisis dalam metoda elektromagnetik memiliki peran yang sangat penting dalam menganalis atau menginterpretasi struktur bawah permukaan kaitannya dengan penomana fisis melalui pemodelan dan simulasi komputasi. Pada seminar ini akan disampaikan hasil penelitian analisa struktur bawah permukaan berdasarkan pemodelan elektromagnetik (magnetotelurik) terkait dengan kegempaan dan proses aktivitas gunung api. Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat kaitan erat antara struktur resistivitas rendah yang diintrepretasi sebagai clay cap dengan proses aktivitas gunung api (seismicity distribution). Begitu juga berdasarkan sebaran resistivitas pada daerah sesar aktif, kegempaan dapat dijelaskan melalui model resistivitas dan model metoda fisika bumi lainnya.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi latief@fi.itb.ac.id.