Enter your keyword

Fisika: Fondasi Masa Depan Kecerdasan Buatan

Bandung, fi.itb.ac.id — Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI), dua tokoh teknologi dunia, Jensen Huang (CEO Nvidia) dan Elon Musk (CEO Tesla dan SpaceX), menyampaikan pandangan yang mengejutkan namun penting: fisika adalah bidang yang paling strategis untuk masa depan, bahkan lebih dari coding atau ilmu komputer.

Dalam wawancara di Beijing, Huang mengatakan bahwa jika ia berusia 22 tahun di tahun 2025, ia akan memilih belajar ilmu fisika daripada ilmu komputer. “Saya mungkin akan mempelajari ilmu fisika,” ujarnya, seperti dikutip dari Kompas.com. Ia menekankan bahwa gelombang AI berikutnya, terutama di bidang robotika dan interaksi dunia nyata, akan membutuhkan pemahaman mendalam tentang gesekan, kelembaman, serta sebab-akibat. Elon Musk pun menambahkan dalam unggahan Pavel Durov bahwa siswa sebaiknya fokus pada “Fisika (dengan matematika)”, karena fisika adalah kerangka berpikir terbaik untuk memahami hal-hal yang kompleks dan tidak intuitif.

Pandangan ini diperkuat oleh keputusan The Royal Swedish Academy of Sciences yang menganugerahkan Nobel Fisika 2024 kepada John J. Hopfield dan Geoffrey Hinton atas “foundational discoveries and inventions that enable machine learning with artificial neural networks.” Hopfield menciptakan jaringan saraf yang mampu menyimpan dan merekonstruksi pola data berdasarkan prinsip energi minimum dalam fisika spin. Hinton melanjutkan dengan mengembangkan Boltzmann machine, yang menggunakan fisika statistik untuk mengenali pola dalam data secara mandiri. Menurut Ketua Komite Nobel Fisika, Ellen Moons, “In physics we use artificial neural networks in a vast range of areas, such as developing new materials with specific properties.”

Dengan pengakuan dari para pemimpin industri dan komunitas ilmiah global, jelas bahwa fisika bukan hanya ilmu dasar, tetapi juga motor penggerak inovasi teknologi masa depan. Program Studi Fisika menawarkan landasan kuat dalam pemodelan sistem kompleks, dinamika materi, dan keterampilan analitis yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan AI dan teknologi cerdas.

Mari bergabung di Program Studi Fisika ITB dan jadilah pionir dalam era AI fisik.

Rujukan:

  1. nobelprize.org
  2. kompas.com

[AU]