Doktor Fisika Termuda Inspiratif
Dr. Handika Dany Rahmayanti, S.Si., M.Si. atau yang sering disapa Dika, merupakan lulusan Program Magister dan Doktor Fisika ITB bidang Fisika Material. Ia memperoleh gelarnya tersebut pada usia 24 tahun, sehingga namanya tercatat di dalam rekor MURI sebagai “Perempuan Peraih Gelar Doktor Fisika Termuda”. Segudang prestasi baik dalam karir akademik maupun non-akademik telah diraihnya, di antaranya adalah menerbitkan 4 buku untuk tingkat SD dan SMA, 26 makalah ilmiah yang terindeks Google Scholar, 14 makalah internasional yang terindeks SCOPUS, dan saat ini telah menghasilkan 3 karya paten (HAKI). Selain itu ia juga pernah mengikuti beberapa konferensi nasional maupun internasional. Masih banyak lagi prestasi lainnya yang ia raih.
Di balik semua pencapaiannya saat ini, terdapat proses berliku-liku yang ia hadapi. Saat SMA, Dika tidak tertarik dengan bidang Fisika, karena dianggapnya sulit sekali saat itu, sehingga di akhir kelas 12 ia mendaftarkan diri melalui jalur undangan ke salah satu perguruan tinggi dan bukan Fisika jurusan yang ia pilih. Namun saat itu, ia tidak diterima di perguruan tinggi dan jurusan yang ia pilih sebelumnya. Setelah itu, ia tidak langsung mempersiapkan diri untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi, namun mencoba peruntungannya dengan melamar kerja ke beberapa perusahaan. Nasib berkata lain, karena usia yang masih terlalu muda dibandingkan teman sebayanya, ia tidak di terima di perusahaan manapun. Dika lulus SMA saat usianya masih 16 tahun. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk mengikuti beberapa tes perguruan tinggi. Setelah perjuangan yang cukup panjang, ia diterima di UNNES melalui seleksi ujian mandiri, dan uniknya jurusan Fisika yang ia ambil, dengan alasan untuk memperbesar peluang diterima.
Selama menjalani jenjang sarjana, ia mengisi waktunya dengan kegiatan dan pekerjaan sampingan. Bahkan ia sempat menjadi grand finalis Kontes Duta Wisata Daerah. Selain itu ia pun sempat mendapatkan dana hibah penelitian dari LPPM dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Dengan segudang kegiatan kemahasiswaan yang ia ikuti, target akademiknya untuk dapat lulus cepat dapat tercapai. Kurang lebih 3,5 tahun ia lulus dari jurusan yang pernah ia tidak sukai di awal, bahkan ia menjadi lulusan termuda saat itu. Dosen pembimbingnya menyarankan Dika untuk melanjutkan pendidikan di ITB. Tujuh kali ia mengikuti tes TOEFL untuk memenuhi persyaratan, namun gagal. Ia sempat bekerja sebegai marketing di salah satu bank, dan ia gunakan gajinya untuk mengikuti tes toefl, pada akhirnya ia berhasil mencapai target dan ia pun dapat mendaftarkan diri di program studi Fisika ITB. Selama berkuliah di ITB, ia memperoleh beasiswa PMDSU setelah dua kali melamar. Selain kesibukannya di bidang akademik, ia pun menyibukan diri dengan kegiatan lainnya. Meski demikian, ia dapat lulus tepat waktu sesuai kontrak beasiswa tersebut, bahkan saat lulus program doktor ia memperoleh IPK 4 (cumlaude).
“Kita tidak boleh membenci sesuatu terlalu dalam karena bisa jadi ia akan menjadi kekasihmu seumur hidup” ujarnya saat diwawancarai. Dika berhasil membuktikan bahwa apa yang ia benci dapat menjadi profesi yang ia tekuni saat ini, namun semua itu tidak diperoleh dengan instan. Diperlukan perjuangan dan kerja keras pantang menyerah, sehingga semua itu dapat tercapai. Kesibukannya saat ini ialah sebagai dosen dan peneliti di Politeknik Negeri Media Kreatif. Pesan yang disampaikan Dika untuk kita sebagai mahasiswa selama menempuh pendidikan dan karir, “Nikmati setiap proses dan senantiasa bersyukur. Mengeluh boleh, menyerah jangan, terus berjalan dan tetap semangat. Jangan pernah membandingkan diri dengan orang lain, karena manusia hidup sesuai porsinya dengan tingkat kesulitan masing-masing pula.”
One Comment